Senin, 04 Januari 2016

Budidaya Stroberi Hidroponik

Hidroponik adalah budidaya tanpa media tanah dan pada kondisi lingkungan terkendali. Stroberi diperbanyak dengan cara vegetatif dengan memakai sulur alias stolon. Sulur adalah batang khusus yang timbul dari ketiak daun. Sulur tumbuh sejajar dengan tanah serta membentuk tunas anakan pada setiap ruas. Pada setiap buku tunas anakan timbul akar serta tumbuh menjadi tanaman baru. Dari setiap tanaman induk bisa diperoleh 20 pohon untuk dijadikan bibit. Apabila bibit sudah tumbuh serta mempunyai 4-5 helai daun maka bisa dipindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 15×15 cm. Sebelum dipindahkan bibit wajib diseleksi terlebih dahulu yaitu dipilih bibit yang sehat serta kuat. Dua bulan kemudian sulur tersebut siap untuk dipindahkan ke kebun (Herlinayanti, 2003).

strawberry hidroponik
sumber foto:tipsberkebun.com

Stroberi tergolong salah satu tanaman yang mudah dipertidak sedikit dengan teknik in vitro. Dari satu pucuk meristem berkapasitas 0,5-0,7 mm bisa dihasilkan 15-20 pucuk perminggu. Dari 15 pucuk yang diperoleh bisa dibagi menjadi 7-8 kelompok, masing-masing terdiri dari dua pucuk. Dalam waktu 6-8 minggu kelompok baru bakal kembali membentuk sejumlah pucuk. Kemudian pucuk-pucuk tersebut kembali dipecah dalam beberapa kelompok hingga menghasilkan ribuan tanaman (Gunawan, 1996).

strawberry hidroponik

Menurut Gunawan (2008) faktor penting dalam sebelum meperbuat penanaman dalam greenhouse adalah sterilisasi greenhouse. Sterilisasi diperbuat dengan tujuan untuk membersihkan seluruh greenhouse dari mikroorgnisme (telur/larva, virus, bakteri serta fungi) yang bisa memenyesalkan tanaman. Ada beberapa bahan yang bisa dipakai dalam sterilisasi antara lain; lysol, formalin serta beberapa tipe pestisida, dengan cara: Formalin 5% disemprotkan ke seluruh tahap greenhouse dengan konsentrasi 5 cc/liter air; Dalam waktu 4-5 hari seusai penyemprotan formalin disusul dengan penyemprotan pestisida (insektisida serta fungisida) serta diulang hingga 2-3 kali Sehari sebelum media tanam ditata, greenhouse disemprot dengan larutan lysol dengan konsentrasi 3-5 cc/ liter air serta Instalasi bak desinfektan kaki agar penyakit tak bisa dibawa ke dalam greenhouse.

Apabila ditanam di dalam pot, media wajib mempunyai sifat poros, mudah merembeskan air serta unsur hara rutin terdapat (Anonymous, 2009a). Sedangkan tanaman stroberi yang ditanam dalam ruang tertutup (greenhouse) bisa memakai media rockwool alias arang sekam. Rockwool adalah batu gamping, yang dicampur dengan serat benang yang diolah pada suhu tinggi (600º C). Arang sekam berasal dari kulit padi yang dibakar. Kedua media tanam tersebut dipakai untuk penanaman dengan cara hidroponik. Pada umumnya arang sekam lebih umum dipakai petani untuk penanaman stroberi bagusa tak mengikat hara. Jadi nutrisi yang diberbagi terhadap tanaman bisa dikontrol serta tak merusak akar saat tanaman dipindahkan (Budiman serta Desi, 2005).

Pada sistem budidaya hidroponik unsur hara esensial yang diperlukan tanaman disediakan dalam bentuk larutan/nutrisi. Larutan hara dibangun dengan tutorial melarutkan garam-garam pupuk dalam air. Beberapa garam tipe pupuk bisa dipakai untuk larutan hara (Anonymous, 2009b). Salah satu kesusahan didalam penyiapan larutan hara ini adalah belum diketahuinya dosis unsur hara yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Pada dosis yang terlalu rendah pengaruh larutan hara tak nyata, sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi bisa mengdampakkan tanaman mengalami plasmolisis, yaitu keluarnya cairan sel sebab berminat oleh larutan hara yang lebih pekat (Wijayani, 2000; Marschner, 1986).

Pemupukan serta Penyiraman (fertigasi) pada budidaya sistem hidroponik umumnya diperbuat dengan cara bersamaan. Teknis fertigasi bisa diperbuat dengan manual alias sistem pengairan tetes (Drip irrigation system). Bakal namun teknis fertigasi paling baik adalah dengan sistem pengairan tetes sebab fertigasi bisa diberbagi dengan cara merata, meminimalisir tenaga kerja, menghemat waktu. Ada beberapa faktor yang butuh diperhatikan dalam sistem pengairan tetes yaitu; nilai air (sumber air) wajib bersih serta leluasa dari penyakit serta bahan kimia, nilai nutrisi dengan komposisi hara wajib dengan kebutuhan tanaman serta mempunyai performa larut 100 %, waktu, volume serta frekuensi fertigasi serta tipe media yang dipakai (Gunawan, 2008).

Terdapat beberapa faktor penting dalam menentukan formula nutrisi hidroponik diantaranya adalah : Memakai garam yang mudah larut dalam air; Meminimalisir kandungan sodium, khlorida, amonium serta nitrogen organik unsur unsur yang tak diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan Memakai komposisi garam yang tak bersifat antagonis satu dengan yang lainnya.
banner
Previous Post
Next Post

0 komentar: